JUDUL

Tuesday 2 April 2013

Sejarah Perang Aceh Melawan Pasukan Elit

Nanggroe Aceh - Meskipun kondisi aceh sekarang tengah terseok-seok dalam kondisi politiknya dan juga kondisi perekonomian masyarakatnya yang mengkhawatirkan. Namun, di masa silam Aceh telah mencatatkan sejarahnya yang gemilang di dunia internasional. Jika mendengar dan membaca sejarah Aceh seakan-akan orang kurang percaya dengan kondisi Aceh yang sekarang. Apalagi situs-situs sejarah yang melegenda itu hampir tidak bisa dijumpai, terutama istana Kerajaan Aceh, naskah-naskah kuno, benteng-benteng pertahanan, dan makam raja-raja serta ulama-ulama Aceh yang dijarah serta tidak terawat. Akan tetapi sejarah telah membuktikan dari sekian situs sejarah yang masih tersisa Aceh memang negeri kuat di masanya. Sejarah yang masih diingat orang Aceh hingga sekarang adalah sejarah perang Aceh melawan pasukan elit Belanda (pasukan Marsose). Perang ini pada tahun awal 1873 hingga awal abad ke-20. Korban pun berjatuhan dan pasukan Belanda menderita kerugian yang teramat sangat parah serta kekurangan pasukan karena tewas di medan tempur. Namun Aceh belum juga bisa dikuasai. hingga akhirnya Belanda membentuk pasukan khusus yang dinamai dengan Pasukan Marsose (het korps marechaussee). 


Pasukan ini memiliki serdadu-serdadu yang memiliki keberanian, semangat tempur tinggi, serta mampu melacak keberadaan para pejuang Aceh dan menumpas habis pasukan Aceh beserta masyarakatnya. Tindakan Belanda dengan membentuk pasukan khusus ini berhasil, mereka bisa memukul mundur pejuang Aceh, menangkap panglima perang Aceh, dan bahkan Teuku Umar syahid ditangan pasukan Marsose ini, sementara panglima pejuang Aceh lainnya dibuang keluar daerah. Melihat prestasi yang sedemikian gemilang, Belanda berfikir bahwa Aceh beserta orang Aceh telah takluk pada Belanda dan pejuang-pejuangnya dengan suka rela menyerahkan diri. Namun, perkiraan mereka jauh dari perkiraan, perlawanan masyarakat Aceh semakin membara. Akibat berbagai macam kekerasan, masyarakat Aceh telah menaruh rasa benci yang sangat mendalam bagi orang Aceh dan pejuang-pejuang yang masih tersisa. Anak-anak yatim dan janda-janda yang ditinggal syahid suaminya ikut mengangkat senjata melawan keganasan Belanda walau harus berhadapan dengan pasukan marsose sekalipun. 
Dengan rasa nekad dan semangat perang sabil masyarakat Aceh berjanji akan membunuh semua Belanda, tidak peduli apakah itu pasukan Belanda, orang dewasa, lelaki, perempuan dan anak-anak semua akan dihabisi dimana saja mereka berada. Janji ini bukan isapan jempol belaka, pejuang Aceh beserta seluruh komponen masyarakat Aceh mengangkat rencong setinggi-tingginya. Pasukan Belanda dibuat kalang kabut dan menderita kekalahan mental yang sangat berat. Belanda tidak habis pikir, bagaimana hanya dengan satu orang Aceh saja bisa membunuh delapan orang pasukan Belada hanya dengan menggunakan rencong. Dari peristiwa inilah timbul sebutan Belanda untuk orang Aceh yaitu"Atjeh Moorden-Atjeh Pungo" (Aceh Gila). Perang khas Aceh atau perang gila ala masyarakat Aceh ini telah menewaskan beberapa Panglima Perang Marsose dan Panglima Tinggi Belanda. Bahkan, anak-anak Belanda yang sedang bermain-main ditaman pun menjadi korban ke-gila-an orang Aceh. 
Itulah sejarah perang Aceh melawan pasukan elit Belanda hingga semua Belanda sampai titik darah penghabisan. Jika perang sabil atau prang kaphe-kafir dalam sebutan masyarakat Aceh, darah yang cinta damai pun bisa berubah seketika menjadi pembunuh berdarah dingin. Akibatnya Belanda dengan perasaan sedih dan galau harus meninggalkan tanah Aceh untuk selama-lamanya sebelum Indonesia merdeka. Walaupun Belanda kembali di daratan Jawa, tapi di Aceh nyali Belanda telah ciut, jangankan menambat kapalnya di dermaga melewati laut Aceh pun mereka tak berani.



No comments: