JUDUL

Monday 8 April 2013

TEUKU CUT ALI PEJUANG DARI ACEH SELATAN

Teuku Cut Ali dilahirkan di Desa Kuta Baro, Kecamatan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, tahun 1795. Ayahnya, Teuku Cut Hajat, ibunya Nyak Puetro. Teuku Cut Ali, salah satu keturunan Raja Trumon.
Kakeknya, Teuku Nyak Dhien, Raja keenam yang pernah memimpi Kerajaan Trumon.Trumon, merupakan salah satu daerah termasyur dan makmur di Wilayah Aceh Selatan. Itu disebabkan, karena Kerajaan Trumon, merupakan sembilan dari kerajaan Aceh yang memiliki Cap Sikureng (Cap Sembilan). Trumon, mempunyai mata uang sendiri dan tidak saja diakui di Aceh, tapi juga dunia.


Sejak kanak-kanak, Teuku Cut Ali, sudah memiliki bakat seorang pejuang. Itu, terlihat dari sikapnya yang tegas dan setia kepada teman. Teuku Raja Angkasah, merupakan teman akrab Teuku Cut Ali, mereka sama-sama berjuang melawan Belanda di medan perang. Saat usia 18 tahun, Teuku Cut Ali, sudah ikut berperang melawan Belanda.

Sunday 7 April 2013

Friday 5 April 2013

Pecah Perang Antara Aceh vs Amerika Serikat (1832)


Saat itu, 7 Februari 1831, sebuah kapal milik Amerika Serikat berlabuh di Kuala Batee, Aceh Barat Daya (sebelum pemekaran masuk wilayah Aceh Selatan). Kapal bernama Friendship itu dinakhodai Charles Moore Endicot. Kapal ini datang ke Kuala Batee untuk membeli lada di Kuala Batee yang ketika itu menjadi salah satu pusat perdagangan lada Aceh.Tiba di daratan, kapal itu dibajak sekelompok penduduk Kuala Batee. Tiga awak kapal terbunuh. Kerugian diperkirakan sebesar US$ 50 ribu. Beruntung, kapal itu diselamatkan oleh kapal Amerika lain yang sedang melintas di perairan Kuala.Peristiwa itu tertuang dalam buku karya M.Nur El Ibrahimy berjudul Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh.  Ibrahimy menulis, setiap tahun diangkut sekitar 3 ribu ton lada dari Aceh untuk dijual ke benua lain, dari Amerika hingga Eropa.

Tuesday 2 April 2013

Kerajaan Aceh Pada Masa Sultan Iskandar Muda


Pemerintahan kesultanan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda adalah pada tahun 1607-1636. Yang sebelumnya ia dipenjara oleh sultan Ali Ri’ayat Syah karena ia tidak setuju terhadap pemerintahannya. Iskandar muda melihat bahwa sultan Ali tidak Cakap dalam menangani masalah perampokan dan bahaya kemiskinan yang di derita oleh rakyat Aceh. Hal itulah yang dilirik oleh Portugis yang melihat bahwa pemerintahan Aceh sedang lemah, dan berusaha menyiapkan armadanya untuk menyerang Aceh. Melihat kondisi tersebut Sultan Iskandar Muda mengirimkan surat kepada Sultan Ali agar membebaskannya, agar ia bisa membantu menyerang Portugis permintaanya itu dikabulkan sehingga Ia dibebaskan. Yang kemudian pada tanggal 4 april 1607 ia berhasil mengusir Portugis dari Aceh.  Setelah peristiwa tersebut Ia berhasil menduduki kerajaan dan menjdi Sultan yang menggantikan Ali Ri’ayat Syah. Pendudukan kerajaan tersebut didukung oleh orang-orang besar. Salah satu keunggulan dari pemerintahan Sultan Iskandar muda adalah keberaniannya untuk melawan para penjajah yang ingin menguasai perdagangan di Nusantara. Hal inilah yang mempengaruhi kebijakan-kebijakan sultan untuk mengatur perdagangan.

Isi surat Kerajaan Aceh dengan Belanda sebelum perang 1873


PERANG Aceh terjadi setelah Belanda mengumumkan perang pada 26 Maret 1873 atau 140 tahun silam. Ada beberapa alasan atas maklumat yang dikeluarkan negara Kincir Angin tersebut.
Diantara keduanya saling balas membalas surat sebelum perang dimulai. Di dalam surat tersebut terdapat ancaman-ancaman diplomatis yang kemudian berhasil dirangkum oleh Prof. Aboe Bakar Atjeh dalam sebuah diktatnya berjudul Surat-surat Lepas yang Berhubungan dengan Politik Luar Negeri Kerajaan Aceh Menjelang Perang Aceh.

Sejarah Perang Aceh Melawan Pasukan Elit

Nanggroe Aceh - Meskipun kondisi aceh sekarang tengah terseok-seok dalam kondisi politiknya dan juga kondisi perekonomian masyarakatnya yang mengkhawatirkan. Namun, di masa silam Aceh telah mencatatkan sejarahnya yang gemilang di dunia internasional. Jika mendengar dan membaca sejarah Aceh seakan-akan orang kurang percaya dengan kondisi Aceh yang sekarang. Apalagi situs-situs sejarah yang melegenda itu hampir tidak bisa dijumpai, terutama istana Kerajaan Aceh, naskah-naskah kuno, benteng-benteng pertahanan, dan makam raja-raja serta ulama-ulama Aceh yang dijarah serta tidak terawat. Akan tetapi sejarah telah membuktikan dari sekian situs sejarah yang masih tersisa Aceh memang negeri kuat di masanya. Sejarah yang masih diingat orang Aceh hingga sekarang adalah sejarah perang Aceh melawan pasukan elit Belanda (pasukan Marsose). Perang ini pada tahun awal 1873 hingga awal abad ke-20. Korban pun berjatuhan dan pasukan Belanda menderita kerugian yang teramat sangat parah serta kekurangan pasukan karena tewas di medan tempur. Namun Aceh belum juga bisa dikuasai. hingga akhirnya Belanda membentuk pasukan khusus yang dinamai dengan Pasukan Marsose (het korps marechaussee).